Friday, December 11, 2009

Nenek 98 Tahun diduga Bunuh Teman Sekamarnya

seorang nenek berusia 98 tahun dituntut atas pembunuhan tingkat kedua, yaitu bahwa ia telah mencekik teman sekamarnya yang berusia 100 tahun di panti jompo setelah menyengsarakan hidup sang korban karena sang pelaku itu menuduh korbannya mengambil alih kamar mereka.

Laura Lundquist telah dipindahkan ke RSJ untuk pemeriksaan menyeluruh sebelum nantinya menghadapi dakwaannya.

Pengacara pembelanya, Carl Levin, menyatakan, Jumat (11/12) bahwa kliennya telah lama didiagnosa menderita demensia dan isu-isu cacat kognitif lainnya.

Wanita ini bisa jadi merupakan tersangka pembunuhan tertua dalam sejarah negara bagian ini, tapi kemungkinan ia tak akan diadili atas alasan kesehatan mentalnya.

Teman sekamarnya di panji jompo Brandon Woods, Darthmouth, yaitu Elizabeth Barrow, ditemukan meninggal di tempat tidurnya pada 24 September dengan kantong plastik terikat pada kepalanya. Tadinya polisi menduga ini merupakan kasus bunuh diri, tapi ahli forensik menyatakannya sebagai pembunuhan setelah hasil otopsi menunjukkan tanda-tanda pencekikan.

[Centenarian-Slaying.jpg]
Elizabeth Barrow

Putra Barrow, Scott Barrow, mengaku bahwa Lundquist telah mengeluh pada petugas panti jompo karena banyaknya pengunjung yang diterima ibunya. Ia juga mengaku bahwa Lundquist telah melontarkan pernyataan yang mengancam dan melecehkan ibunya. Ia menolak untuk berkomentar tentang tuntutan itu, yang mana telah diserahkan pada hari Jumat (11/12/09) oleh seorang dewan juri dari Bristol.

Sam Sutter, jaksa asal Bristol, mengatakan bahwa Lundquist menderita paranoia dan menyimpan kebencian terhadap korbannya dan berpikiran bahwa Barrow, si korban, tengah mengambil alih kamar yang mereka tempapi sama-sama itu.

Sutter menyatakan bahwa Barrow mengeluh seminggu sebelum kematiannya bahwa Lundquist membuat hidupnya seperti dalam neraka. Malam sebelum Barrow dibunuh is juga mengeluh bahwa Lundquist telah menaruh meja di dekat tempat tidurnya sehingga jalannya ke kamar mandi terhalang.

Sutter mengatakan bahwa Lundquist kemudian menonjok perawat pembantu yang memindahkan meja itu, dan meja itu juga ditemukan lagi di samping tempat tidur Barrow ketika mayat Barrow ditemukan.

Lundquist juga telah mengatakan pada Barrow bahwa ia akan mendapatkan tempat tidur Barrow yang dekat jendela karena ia pasti akan hidup lebih lama, menurut Sutter.

Berbagi kamar

Kedua nenek itu telah berbagi kamar hampir setahun. Scott Barrow telah meminta petugas panti jompo untuk memisahkan kedua wanita itu, tapi pihak panti jompo meyakinkannya bahwa keduanya baik-baik saja. Ia mengaku bahwa ibunya tak ingin meninggalkan kamar itu karena di situlah ibunya dan ayahnya tinggal bersama sebelum ayahnya meninggal di tahun 2007.

Hakim pengadilan tinggi, yang bertindak atas tuduhan yang diajukan oleh penuntut dan juga oleh Levin, memerintahkan Lundquist untuk dikirim ke RS Negara Bagian Taunton untuk dievaluasi.

Sutter mengatakan bahwa kasus ini kemungkinan besar tak akan diadili karena hasil evaluasi mungkin akan menyatakan ketidakmampuan dan pihak pembela juga hampir pasti akan mengemukakan alasan cacat mental, yang mana pengusutannya pasti memakan waktu.

Levin mengatakan bahwa seseorang ternyata tak mampu untuk diadili, maka pemerintah kemungkinan besar akan mengirim sang tertuduh pada suatu institusi.

Sutter, yaitu pihak penuntut, mengajukan tuntutan pembunuhan tingkat kedua karena mereka yakin Lundquist tak memiliki kemampuan mental untuk merencanakan pembunuhan, yang merupakan syarat untuk pembunuhan tingkat pertama.

Lundquist merupakan tersangka pembunuhan tertua di negara bagian itu, menurut Sutter.

Dalam suatu pernyataan, pihak rumah jompo mengatakan bahwa kedua wanita itu berlaku seperti sepasang saudari, berjalan dan makan bersama-sama, dan saling mengatakan "Selamat malam, saya menyayangimu," hampir tiap malam. Menurut panti jompo Barrow sendiri menolak tawaran pindah kamar pada bulan Juli dan Agustus.

sumber: kompas.com

No comments:

Post a Comment